Kamis, 07 November 2013

pengelolaan sampah di berbagai negara (by andhika)

New York City

      New York City terdiri atas Manhattan, Queen, Brooklyn, Bronz, dan Staten Island. Masing-masing kota menggunakan penanganan sampah terpadu. Kota ini memiliki departemen khusus untuk mengelola sampah bernama Sanitation Department. Petugas departemen ini mulai bekerja sejak subuh dan memiliki standar operasional tersendiri.
Pengelolaan sampah juga melibatkan pihak swasta. Sanitation Department memiliki tugas sebagai berikut.

1. Mengumpulkan sampah di trotoar. Sampah-sampah ini sudah dipisah berdasarkan jenisnya, misalnya, sampah plastik dan botol sudah dibuat terpisah

2. Mengangkut sampah berdasarkan jenisnya. Hari pengangkutan sampah juga berbeda, misalnya hari Senin untuk mengangkut sampah kertas, dan lain sebagainya

3. Memberikan denda bagi masyarakat yang tidak memisah sampah berdasarkan jenisnya. Denda itu sebesar $100.

4. Membersihkan kota, terutama dari sampah daun di musim gugur

Jepang

     Penanganan sampah sudah dilakukan sejak jaman Edo. Sebenarnya pada tahun 1960-an dan 1970-an kesadaran masyarakat Jepang terhadap sampah sangat rendah. Kebangkitan Jepang tentang pengelolaan sampah terjadi karena persoalan lingkungan yang semakin pelik. Pengelolaan sampah dilakukan dengan prinsip 3R(reduce, reuse, recycle).
Rahasia sukses pengelolaan sampah di Jepang adalah tingginya perhatian masyarakat terhadap program daur ulang, adanya kontrol masyarakat terhadap orang yang tidak membuang sampah pada tempatnya serta adanya edukasi yang dilakukan sejak dini. 
Contoh pengelolaan sampah yang menarik di Jepang adalah di daerah Yokohama, Kanagawa.  Di pasar ikan Yokohama ikan disimpan dalam sterefoam sehingga kebersihan pasar terjaga.
      Sterefoam yang digunakan adalah sumber sampah. Sampah sterefoam dikirim ke stasiun pengolahan untuk didaur ulang. Hasilnya berupa lembaran, seperti papan padat. Papan tersebut didistribusikan kembali ke sektor industri. Hasilnya juga diekspor ke luar negeri sebagai bahan bauksit berbahan sterefoam. 
Di Jepang juga ada waktu tersendiri untuk membuang sampah. Di wilayah Midoriku, Yokohama, sampah yang bisa dibakar hanya dibuang pada hari Senin dan Jumat saja. Sampah yang tidak bisa dibakar dibuang pada hari Rabu. Untuk sampah aluminium dibuang pada hari Selasa minggu ke-2 dan ke-4 saja.

Singapura

      Hasil pengelolaan sampah di Singapura digunakan untuk energi. Energi diolah dengan mesin insinerator dan dilakukan di lepas pantai. Penanganan sampah seperti ini dikarenakan lahan yang terbatas.
Penanganan sampah dilakukan secara efektif, walaupun harus menggunakan teknologi yang mahal dan rumit. Hal ini disebabkan TPA dianggap sebagai pemanfaatan lahan yang tidak produktif.

Swedia

      Swedia dikenal memiliki manajemen yang baik dan efektif dalam pengelolaan sampah masyarakat dan rumah tangga. Kampanye daur ulang sampah di Swedia sangat gencar. Hasilnya digunakan sebagai sumber energi. Saking gencarnya Swedia sampai kekurangan sampah untuk didaur ulang sehingga harus mengimpor sampah.
Sampah diolah dengan mesin insinerator. Kemudian hasil energinya didistribusikan lewat pipa ke wilayah perumahan dan gedung komersial untuk pembangkit listrik.

     Swedia adalah salah satu negara yang paling maju dalam hal daur ulang. Begitu majunya negara ini hingga mereka mampu mengubah sampah menjadi energi, melalui program pembakaran sampah menjadi energi. Hampir sebagian besar sampah di negeri ini diubah menjadi energi, dan hanya sekitar 4 persen saja yang ditimbun di dalam tanah. Namun karena penduduk Swedia tidak memiliki cukup sampah untuk dibakar, negara ini harus mencari pasokan sampah ke tempat lain. Awalnya, negeri ini berencana untuk mengimpor sampah dari negara tetangganya, Norwegia. Namun Ostlund menyatakan bahwa Norwegia mungkin bukan negara yang tepat untuk kerja sama ini, karena Norwegia juga memiliki sistem pengolahan sampah yang serupa dengan Swedia.
     Ostlund menyarankan agar Swedia mengimpor sampah dari Italia, Romania, Bulgaria, ataupun dari negara-negara Baltik karena mereka memiliki cukup banyak sampah yang ditimbun di negara mereka dan yang terpenting, mereka tidak memiliki tempat pembakaran ataupun pendaur ulangan sampah, sehingga mereka membutuhkan solusi nyata untuk permasalahan sampah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN MONGGO JIKA ANDA INGIN KOMENTAR. NAMUN TOLONG GUNAKAN BAHASA YANG SOPAN

 

Blogger news

Blogroll

About